Beruntung sekali pada suatu hari saat ke Bogor dan masuk ke hipermarket di Ekalokasari Plaza, suami saya menemukan konter khusus bahan-bahan sushi. Ada potongan ikan salmon berlabel 'sashimi salmon' yang warnanya bagus dan kelihatan segar banget (harganya tiga kali lipat salmon yang reguler), ada tobiko yang nggemesin, nori yang jembar dan lain-lain.
Di sana juga ada sushi-sashimi yang siap santap. Tapi setelah dihitung-hitung, kalau kami racik sendiri potongan ikan salmon itu, kayaknya akan dapat lebih banyak nih (meskipun nggak secantik yang dibikin juru masak sushi beneran). Jadinya kami membungkus sepotong sashimi salmon dan satu sashimi set (potongan salmon sashimi siap santap) demi mendapatkan acar jahe dan wasabinya. Kalau dua pelengkap itu dibeli terpisah, kayaknya bakal kebanyakan.
Satu lagi pelengkap yang tak afdol jika diabaikan adalah soy sauce alias shoyu. Berbagai merek impor yang disebut-sebut memiliki rasa yang dekat dengan otentik ternyata tak punya label halal. Opsinya, kembali ke kecap asin lokal saja yang sudah jelas bercap halal. Saya mengambil T**picana dengan alasan sederhana: karena kemasannya bergambar sushi, hehehe...
Sushi kali ini yang sederhana saja, perpaduan nasi dan ikan salmon. Saya lupa namanya. Salmon roll bukan sih? Tapi saat sushi masih digulung dan belum dipotong-potong, si bocah sudah menginterupsi. Jadilah sashimi dicemil sembari menonton bapaknya melanjutkan eksekusi sushi.
Santapan sudah siap, si bocah terus melahap, dan emaknya (seperti biasa) cuma lihat-lihat :)
No comments:
Post a Comment